Bercinta dengan Buku
bagaimana jadinya jika tak ada buku laskar pelangi?mungkin tak akan ada aktor-aktor muda bermunculan, tak akan ada film yang mendidik, dan tak akan ada ingatan masa kecil yang datang merayap, menjalar melalui neuron-neuron kecil di otak kita. dan pernahkah merasakan bila tak ada sarana bernama buku?hmm, bisa dipastikan hidup akan sangat membosankan, kenapa?sebab,buku adalah salah satu sarana kita melepas bosan terlepas dari kategori, ketebalan, maupun genre, buku merupakan sumber informasi yang sangat melimpah.
bagi para literer atau komunitas penulis dan baca, mungkin mereka tak akan bisa hidup tanpa buku, setiap waktunya hidup mereka selalu terkoneksikan dengan buku, buku sudah menjadi ibarat darah dalam daging, satu kesatuan yang menjadikan seorang penulis ada di kancah dunia perbukuan, yang menjadikan seorang pembaca menjadi seorang yang memiliki karakter, seorang yang banyak gudang ide dan kreatifitas. memang tidak semuanya, namun bisa dilihat, orang yang banyak membaca, apapun bisa mengalir begitu saja. bahkan dengan banyak membaca itulah ia menghasilkan banyak uang dan bisa berjalan ke luar kota maupun luar negeri.
jadi, siapa yang tidak akan jatuh cinta pada buku? pertanyaan ini akan terjawab kalau anda sudah bisa merasakan manfaat dari buku itu sendiri. fleksibel lah, buku jaman sekarang pun fleksibel dengan tampilan yang menarik, style yang berbeda satu sama lain, buku tak lagi terlihat membosankan seperti dulu. anda bisa memilih tipe buku anda sendiri, jika anda tidak suka kategorisasi, mungkin majalah yang menumpuk semua info dalam satu buku bisa menjadi pilihan anda dan bagi anda yang merasa kategorisasi dibutuhkan untuk membuat segala sesuatunya terperinci dan teratur, anda bisa memilih buku-buku di tempat penjualan buku yang sudah dikategorikan berdasarkan divisinya masing-masing.
tak jaman lagi bicara, tingkat baca di negara kita itu rendah, namun yang berbicara sekarang, pendekatan seperti apa yang bisa digunakan sebagai solusi untuk pertanyaan di atas. jika kita melihat dan mau menganalisa dengan baik, sebenarnya, penulis,penerbit, dan percetakan berusaha untuk memahami betul apa yang kita inginkan dan apa yang kita butuhkan.
cobalah untuk bercinta dengan buku, arungi setiap paragraf yang anda baca, jangan pernah menghafal setiap kata yang ada pada buku, karena anda bisa membenci proses membaca itu sendiri, sayangnya pendidikan di Indonesia lebih menggunakan pendekatan hafalan dalam mengajarkan anak-anaknya daripada memberikan pemahaman yang menyeluruh akan apa yang mereka pelajari, tak heran jika pendidikan di indonesia jenjang nya lebih singkat dari negara lain, bahkan jika negara kita yang terlama dalam mengarungi jenjang pendidikan, tetap saja tak akan menghasilkan generasi yang mencintai buku, karena pada dasarnya pendidikan kita lah yang mengajarkan untuk membenci proses membaca itu sendiri.
kalau saja, para pendidik benar-benar memahami hal ini dan mau mengatasi hal ini mungkin tak akan ada lagi pertanyaan tingkat membaca di indonesia sangat rendah.
tanpa buku maka tak akan ada hasrat menulis...